Tanjungpandan - Tim Dayung Wanadri “Ekspedisi Jelajah Nusantara (DJN) 2024” berhasil menyelesaikan ekspedisi mengelilingi Pulau Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama 28 hari dengan jarak tempuh 450 km. “Kami bersyukur hari ini tim dayung Jelajah Nusantara (DJN) 2024 dapat menyelesaikan ekspedisi mengelilingi Pulau Belitung,” kata Ketua Ekspedisi DJN Belitong “Sea Kayak Expedition 2024” Joppi Saragih di Tanjung Cagar Alam Tanjung Kelayang, di Tanjung Kelayang, Sabtu.
Dia mengatakan Dayung Jelajah Nusantara (DJN) adalah ekspedisi berkelanjutan yang akan dimulai pada tahun 2023 dengan ekspedisi pertama sejauh 1.059 km mengelilingi Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan akan memakan waktu 55 hari.

“Dan tahun ini, kami menerima tawaran dari Tanjung Kulayan Reserve (TKR) untuk melakukan hal yang sama dengan menjelajahi pantai di Pulau Belitung,” katanya. Dia menjelaskan bahwa tujuan dari ekspedisi Dayung Jelajah Nusantara (DJN) 2024 ini ada tiga, yaitu pertama, untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia juga bisa menjelajahi pulau-pulau dengan menggunakan kayak. Kedua, untuk mempublikasikan keindahan daerah-daerah yang dilalui dan mengenal lebih dekat pulau-pulau di pesisir Indonesia, sehingga dapat menginspirasi lebih banyak lagi generasi muda Indonesia untuk terjun dan menjelajahi olahraga kayak. “Dengan kegiatan ini, kami tidak ingin hanya mengayuh di sekitar pulau-pulau saja, kami ingin memberikan sesuatu kepada daerah yang kami lewati, sehingga kami mengajak tim penyelam dan menanam terumbu karang di perairan Belitung,” katanya. Ketua Harian Ekspedisi Kayak Laut DJN Wanadri Belitong, Priyo Utomo Laksono di Cagar Alam Tanjung Kelayang, menyampaikan apresiasinya karena perjalanan tim DJN dalam ekspedisi keliling Pulau Belitung berjalan lancar.



Ia mengaku tantangan yang dihadapi tim saat berlayar mengelilingi pesisir pantai Pulau Belitung adalah angin timur dan tenggara yang cukup kencang.

“Musim pelayaran kami adalah musim angin tenggara yang dimulai pada bulan Agustus dan ini merupakan tantangan pertama kami sehingga kami harus memiliki Plan A dan Plan B ataurencana cadangan. Anginnya sangat kencang karena Billiton terhubung atau terpapar dengan Laut Natuna,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa kondisi angin tenggara sedikit menghambat perjalanan tim dibandingkan dengan ekspedisi tahun lalu di Flores, Nusa Tenggara Timur. “Walaupun perjalanan Belitung ini setengah dari perjalanan di Flores, tapi perjalanan kami ke timur Belitung ini hanya setengah dari perjalanan di Flores, karena rintangannya lebih besar dari daya jelajah dan kapasitas perjalanan, kalau di Flores perjalanannya 30 km per hari, sekitar 16 km per hari, kalau di Belitung hanya setengahnya,” katanya. di Belitung hanya setengahnya,” katanya.