Tanjungpandan - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKBN) Hasto Wardoyo mengapresiasi penurunan angka prevalensi stunting sebesar 19,6 persen (SSGI/Survei Status Gizi Indonesia), yang berada di bawah angka prevalensi stunting nasional yang mencapai 20 persen.

"Stunting di Belitung sudah bagus karena sudah di bawah 20 persen dari angka stunting nasional," kata Hasto usai pertemuan dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting Pj Bupati Belitung dan Tanjung Pandan, Selasa.

Ia juga menyatakan optimistis prevalensi stunting di Belitung akan terus menurun dan mencapai target penurunan stunting nasional sebesar 14% karena didukung oleh capaian sejumlah faktor dan indikator yang sangat baik di Belitung. "Misalnya, rata-rata anak di Belitung sudah 2,14 persen, dan 2,8 persen secara nasional, lebih rendah dari angka di Provinsi Babel yang 2,2 persen," katanya.

Ia mengatakan bahwa jika jumlah anak di Belitung baik, jarak waktu memiliki anak juga baik dan angka pernikahan dini rendah, maka akan berdampak positif terhadap penurunan prevalensi stunting di Belitung.

"Khususnya di Belitung, ada banyak ikan dari laut dan semuanya terjangkau, tetapi kritik saya adalah banyak orang tua yang melahirkan, misalnya perempuan berusia di atas 35 tahun.

Hasto juga mengungkapkan bahwa jumlah pasangan yang menikah di Belitung juga baik, mencapai 2.800 per tahun.

"Namun, tidak banyak yang mengisi lingkar lengan, hanya 30 persen, jadi semua yang ingin menikah di Belitung harus bergerak untuk memeriksakan tekanan darah dan lingkar lengan mereka jika mereka sedang hamil, untuk memastikan anak-anak mereka tidak menjadi stunting," katanya.